Minggu, Juni 27, 2010

5 langkah sederhana memulai cerita...


Banyak orang yang berkata "mengarang cerita itu mudah". tapi kalau memulai sebuah cerita? kalian pasti belum atau jarang denger orang bilang "memulai sebuah cerita itu mudah!". kenapa? karena emang mulai cerita itu tidak mudah.
Disini saya akan membantu kalian untuk memulai sebuah cerita..

1. Mulailah dengan Dialog

“Hanun, pergilah ke rawa di seberang Bukik Barisan. Biasanya di sana tumbuh aneka bunga. Petiklah setangkai dua tangkai untukku. Rasanya, penat ini terlerai bila memandang bunga-bunga,” pinta Kakek. Matanya mengedip-ngedip pelan, kulit lisutnya mengernyit dan lewat sorotan matanya, Kakek tidak lagi seriang dulu. (Bunga dari Peking, cerpen Zelfeni Wimra)

2. Mulailah dengan Deskripsi Tokoh

Lelaki tua itu masih berbau rusa dan kaus oblongnya yang lusuh masih menebar bau pembakaran yang tidak sempurna. Sangit.... (Kitab Salah Paham, cerpen Puthut EA)

3. Mulailah dengan Berita di Koran atau Televisi

Jumlah anak balita kurang gizi di Indonesia sekitar 23 juta. Dampak kurang gizi adalah terhambatnya pertumbuhan otak dan fisik. Begitu melewati usia dua tahun tanpa asupan gizi seimbang, kondisinya tak dapat diperbaiki lagi. Citra CT-scan akan memperlihatkan gambar otak yang tidak padat alias otak kosong.... Bersiaplah memanen generasi yang hilang. Tidak lama, cuma dua dasawarsa lagi. (Kompas, Selasa 11 Oktober 2005)

4. Mulailah dengan Adegan
Ia menulis puisi panjang di depan sebujur tubuh kaku istrinya. Tidak ada kata-kata; mati, kematian dan airmata di dalam puisi itu, yang adalah buah apel, meja makan, dan yang paling banyak adalah: usaha mati-matian. (Kematian Seorang Istri, cerpen Puthut EA)

Seminggu setelah perceraiannya, perempuan itu memasuki sebuah kafe, dan memesan Rembulan dalam Cappucino. Ia datang bersama senja, dan ia harus menunggu malam tiba untuk mendapatkan pesanannya. (Rembulan dalam Cappucino, cerpen Seno Gumira Ajidarma)

5. Mulailah dengan Seting Tempat

Dalam satu badai rasa jemu, ia terdampar di taman dan duduk di kursi sambil memakan jagung rebus begitu perlahan, sebutir demi sebutir, seolah di butir terakhir ia akan bertemu kematian.... (Cinta Tak Ada Mati, cerpen Eka Kurniawan)

Dari jauh sudah terlihat pohon itu berdiri tegak di tengah padang. Setelah berhari-hari menempuh daerah yang kering kerontang dan terpanggang matahari, pemandangan yang rimbun seperti itulah yang sekarang kubutuhkan.... (Sebatang Pohon di Tengah Padang, cerpen Seno Gumira Ajidarma)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar